WelCome

selamat datang di blog baru saya,.... semoga anda bisa menikmati

Minggu, 10 Maret 2013

Kekerasan Dalam Keluarga


I. Pengertian
            Kekerasan dalam keluarga yaitu setiap tindakan yang mengakibatkan pada kesengsaraan dan penderitaan pada salah satu atau beberapa anggota keluarga secara psikologis fisik,  dan seksual, termasuk ancaman tindakan tertentu,  pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi.
II. Alasan
            Berikut merupakan beberapa alasan mengapa kekerasan dalam kekeluarga terjadi:
  1. Kepemimpinan yang otoriter yaitu kepala keluarga yang mengasuh/membimbing anak/istri dengan cara melaksanakan kehendaknya sendiri tanpa mempertimbangkan kedaulatan anggota keluarga yang lain.
  2. Rendahnya dalam pemahaman fungsi masing-masing anggota keluarga antara lain karena rendahnya faktor silaturahim dan pendidikan sehingga sering terjadi konflik.
  3. Unsur keegoan sehingga sering muncul sifat ingin menang dan benar sendiri yang lebih dominan ketimbang saling pengertian. Dalam masalah ini bias jadi wibawa orang tua lemah karena tidak mampu menjadi panutan/penengah.
  4. Keteladanan perilaku orang tua yang kurang dalam hal bersifat bijak, santun, kasih saying kepada sesame anggota keluarga.
  5. Rendahnya interaksi dalam keluarga,  kesibukan masing – masing anggota keluarga di luar rumah yang padat menyebabkan kesempatan untuk berinteraksi positif akan semakin rendah.
III. Macam / Jenis
            Berikut merupakan jenis-jenis kekerasan dalam keluarga:
  1. Kekerasan Fisik:
    1. Kekerasan fisik berat, berupa penganiayaan berat seperti menendang, memukul, melakukan percobaan pembunuhan, dan tindakan lain yang dapat mengakibatkan cidera berat, cacat, serta tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari.
    2. Kekerasan fisik ringan, berupa menampar, menjambak, mendorong, dan perbuatan lainnya yang mengakibatkan cidera ringan dan rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat.
    3. Kekerasan Psikis:
      1. Kekerasan psikis berat, berupa tindakan pengendalian, manipulasi,eksploitasi,kesewenangan,perendahan, dan penghinaan dalam  bentuk pelarangan,pemaksaan,dan isolasi social,tindakan dan atau ucapan yang  merendahkan atau menghina,penguntitan,kekerasan dan atau ancaman kekerasan fisik, seksual,  dan ekonomis,yang masing-masingnya dapat mengakibatkan penderitaan psikis berat berupa salah satu atau beberapa hal sebagai berikut:
-          Gangguan tidur atau gangguan makan.
-          Gangguan stress pasca trauma.
-          Depresi berat.
-          Gangguan jiwa dalam bentuk hilanganya kontak  dengan realitas.
-          Bunuh diri.
  1. Kekerasan psikis ringan, berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan, dan isolasi social,tindakan atau ucapan yang bersifat merendahkan, ancaman kekerasan fisik,dan kekerasan psikis ringan lainnya. Kekerasan psikis ringan dapat mengakibatkan;
-          Ketakutan dan peerasaan terteror.
-          Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan  untuk bertindak.
-          Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya sakit kepala, gangguan pencernaan tanpa indikasi medis).
-          Depresi.
  1. Kekerasan  Seksual:
    1. Kekerasan seksual berat, berupa:
-          Pelecehan  seksual dengan kontak fisik,seperti meraba, menyentuh organ  seksual, mencium secara paksa, merangkul secarapaksa,sertaperbuatan  lainnya yang menimbulkan rasa muak/jijik dan terhina.
-          Pemaksaan berhubungan seksual dengan cara yang tidak sepantasnya.
-          Tindakan seksual dengan kekerasan fisik menyebabkan luka fisik,  sakit, cedera, trauma.
  1. Kekerasan seksual ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal  seperti komentar verbal, gurauan porrno, siulan, ejekan, dan julukan. Adapula pelecehan  yang  bersifat  non-verbal seperti eekspresi wajah, gerakan tubuh, atau perbuatan meminta  perhatian seksual yang tidak  dikehendaki korban. Kekerasan seksual ringan  menyebakan si  korban merasa terhina dan dilecehkan.
  2. Kekerasan Ekonomi:
    1. Kekerasan ekonomi berat, yaitu tindakan eksploitasi, manipulasi, dan pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:
-           Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif
-          Mengambil atau merampas harta korban.
  1. Kekerasan ekonomi ringan, yaitu melakukan upaya-upaya  yang disengaja agar si korban tidak berdaya secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
IV. Masalah/Kasus
            Contoh Kasus Kekerasan Fisik Terhadap Anak
Kekerasan fisik : kekerasan fisik kerap  kali ada batas jelas antara menyiksa dan mendisiplinkan.
Kasus: Yani (30 th) sering menghukum kenakalan anaknya yang berusia 5tahun. Bentuk kenakalan  itu antara lain menuang sabun di kamar mandi, tidak mau makan, mengotori jemuran,  mengganggu adik. “Kalau nakalnya di kamar mandi, ya saya pukul pakai gayung. Kalau  tak mau makan saya pukul pakai sendok/piring. Kalau  mengganggu adiknya saya pukul pakai  mainannya.” Menurut Yani  anak harus dihukum supaya jera dan tidak mengulangi perbuatan yang dilarang. Yani tak mau disalahkan suami karena tak  mampu mendidik anak.
Dampak fisik yang diperoleh si anak : memar, luka, patah tulang terutama di daerah rusuk, dan gangguan di  bagian tubuh lain seperti  kepala, perut, pinggul.
Dampak emosi yang diperoleh si anak : merasa terancam, tertekan,gelisah, dan cemas. Karena kekerasan yang sering diterima oleh seorang anak sewaktu kecil, ada kemungkinan mereka melakukan kekerasan  yang sama terhadap anak-anak mereka sesuai dengan yang mereka terima semasa kecil.
V. Solusi dan Pendapat/Usulan Kelompok
1. Orang tua seharusnya melakukan konsultasi psikologi untuk latihan mengendalikan emosi, menggali masalah suami istri, dan mempelajari  perkembangan anak.
2. Orang tua  mengajak anak ke dokter untuk memeriksa kondisi fisik.
3. Orang tua harus memahami perkembangan anak, karena ada saatnya si anak perlu menunjukkan kemampuan dan kreasinya.
4. Orang tua memberikan pemahaman kepada  anak tentang apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan, karena keluarga merrupakan tempat pertama dalam pembentukan karakter si anak.
5. Menyisihkan waktu untuk berkomunikasi  dengan keluarga. Misalnya,
6. Menjadikan anak sebagai teman.
7.  Suami sebagai kepala  keluarga harus lebih tegas, memberikan teladan  yang baik untuk anak-anak mereka.
8. Jika dalam keluarga  terdapat masalah berbicara dengan jujur dan terbuka.
9. Pasangan suami-istri bila menghadapi masalah seharusnya tidak terlalu larut dalam masalah namun memfokuskan diri pada solusi yang harus diambil.
10. Minta bantuan saudara atau teman. Jika masalah keluarga tersebut tak bisa diselesaikan sendiri ada baiknya minta bantuan saudara dan teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar